Tuesday 24 October 2017

[Book Review] Things & Thoughts I Drew When I Was Bored - Naela Ali

Source : Goodreads
Judul Buku : Things & Thoughts I Drew When I Was Bored
Penulis : Naela Ali
Penerbit : POP (Kepustakaan Populer Gramedia)
Terbit : 18 September 2017
Harga : Rp140.000,00
Ukuran : 13x20 cm
Hardcover, 160 halaman
ISBN : 978-602-42-4419-4


Beberapa waktu ini buku-buku berilustrasi sangat digemari di Indonesia dan nama Naela Ali adalah salah satu yang ramai diperbincangkan. Gambar dan merchandise-nya yang populer dan buku-bukunya yang terbit dalam waktu singkat membuat namanya kian meroket, terutama bagi pengguna media sosial. Selain nuansa hangat dan relatable dalam tulisannya, ilustrasi pendampingnya juga eye-catching sehingga banyak orang beramai-ramai menjadikannya konten instagram atau sekedar untuk update status
 
Kali ini, Naela Ali kembali menerbitkan karyanya yang berjudul Things & Thoughts I Drew When I Was Bored. Masih seperti dua buku sebelumnya—Stories for Rainy Days dan Stories for Rainy Days Volume II—buku ini berisi gambar-gambar cat air yang ciamik. Sesuai dengan judulnya, dibandingkan kedua buku lain penulis, sususan gambar yang ada di dalamnya lebih random karena dibuat ketika tengah bosan. Tulisan-tulisannya pun cenderung lebih singkat, seperti pikiran yang kadang terlintas di kepala kita, tentang ibu, musik kesukaan, dan aspek kehidupan sehari-hari lainnya. Penulis menangkap hal-hal yang kadang tidak terduga lewat gambar dan menginterpretasikannya dalam kalimat-kalimat yang terasa familier dan pernah kita dengar dari tempat lain—bahkan mungkin dari diri kita sendiri. Jumlah halamannya cukup tebal dan ilustrasi yang digambar Naela Ali lebih variatif serta tidak ada pengulangan seperti sebelumnya sehingga pembaca lebih puas dengan warna-warna yang memanjakan mata. Selain itu, buku ini hadir dalam tampilan fisik yang tidak kalah menarik dari isinya. Dengan hardcover dan kertas yang tebal, Things & Thoughts I Drew When I Was Bored cocok dikoleksi bagi penyuka buku-buku cantik.

Saturday 23 September 2017

What I Read on Webtoon : A Recommendation

Belakangan ini saya jarang baca buku karena sering berpindah-pindah tempat dan merasa ribet untuk bawa buku ke mana-mana. Saya sempat mencoba baca buku digital dengan langganan SCOOP Premium selama sebulan, sayangnya, walaupun aplikasi ini cukup membantu (dan sangat terjangkau), saya nggak betah terlalu lama di depan layar ponsel untuk membaca tulisan yang relatif panjang. Mungkin nanti kalau punya gadget yang layarnya lebih besar, saya akan langganan lagi. Atau semoga saja dalam waktu dekat akan ada versi baru SCOOP yang memungkinkan penyesuaian tampilan sehingga lebih nyaman untuk membaca buku yang sudah diunduh. 

Source : Google
Nah, selama jarang baca buku itu, penyelamat saya dari mati gaya dan kebosanan adalah... webtoon! Tanpa tulisan yang panjang, saya bisa tetap dapat hiburan seru. Sejujurnya, saya baru mulai melirik aplikasi ini setahun yang lalu. Waktu itu saya nonton drama Korea berjudul Cheese in The Trap (2016) dan penasaran dengan versi aslinya karena banyak teman saya yang termasuk geng #penontonkecewa ketika menonton adaptasinya, tapi saya nggak terlalu suka dengan gambar komik tersebut dan akhirnya malah mulai baca Super Secret. That’s pretty much the only comic I keep up with back then and I basically had no idea that there are lots of interesting comics here. Saya terlalu malas untuk browsing judul-judul menarik karena udah terlanjur baper baca Super Secret saya lebih suka baca komik fisik, yang jelas-jelas bisa dimiliki *halah*. Ternyata dalam kategori Webtoon Challenge pun banyak hidden gems yang nggak kalah menarik dari komik-komik di Webtoon Official. Karena itulah, saya pengin berbagi beberapa judul yang masih betah saya baca sampai sekarang, baik yang masih on going maupun sudah tamat. Daftar ini ditulis tanpa urutan khusus dan sebagian besar judul yang saya rekomendasikan adalah Webtoon Indonesia bergenre romance/slice of life. Karena belum lama ngulik judul-judul yang ada, pastinya banyak judul lama (atau baru!) yang juga bagus tapi nggak masuk dalam daftar ini.

LARA(S)HATI

Source : Webtoon
Meskipun baru beberapa minggu tersedia di webtoon, komik ini sudah punya banyak penggemar karena sebenarnya sudah cukup lama ada di instagram dengan username @cergaroma. Tokoh-tokohnya juga sudah diperkenalkan sejak era askfm masih berjaya. Menceritakan tentang Radi yang mendadak masuk ke grup chat aneh buatan sekumpulan anak-anak di sekolahnya yang pernah ditolak Laras, gebetannya. Padahal Radi bahkan belum pernah benar-benar nembak Laras. Bagi penggemar shoujou manga, Lara(s)hati adalah salah satu komik lokal yang wajib dibaca. Selain gambarnya bagus—salah satu favorit saya di Webtoon Indonesia—ceritanya juga dipenuhi jokes receh yang membahagiakan. Yang paling saya suka, komik ini menampilkan cerita sehari-hari yang ringan, tanpa glorifikasi kehidupan anak SMA. Tokoh-tokohnya membumi, nggak stereotipikal maupun too good to be true, dialognya juga natural. Highly recommended

SUPER SECRET

Source : Webtoon
Tentu nggak perlu ditanya gimana sukanya sama komik ini. Bahkan, di twitter saya bikin thread kurang berfaedah yang isinya screenshot adegan favorit saya di komik ini. Alasan utama saya baca Super Secret dulu adalah karena tokoh utamanya, Ryan, mengingatkan saya akan Eguchi Tappei di Hai Miiko! Jadi, cerita utamanya adalah Emma yang bersahabat dengan Ryan sejak kecil dan sama sekali nggak sadar kalau Ryan dan keluarganya bukan manusia. Ryan selalu melindungi dan menghibur Emma karena perhatian keluarganya terfokus pada Ethan—saudara Emma yang sakit-sakitan. Awalnya saya pikir ini akan jadi perjalanan get-together Emma dan Ryan, tapi seiring bertambahnya episode yang diterjemahkan, cerita komik ini juga dominan mengenai perbedaan dunia mereka, karena semakin banyak juga tokoh yang terlibat di dalamnya. Super Secret disajikan dalam bentuk komik empat panel—biasanya saya menganggap komik semacam ini kurang ekspresif karena panelnya hanya berbentuk persegi panjang, tapi karena sejak awal cerita dan konfliknya seru, saya sama sekali nggak merasa bosan dengan komik ini. 

WE ARE PHARMACISTS

Source : Webtoon
Masih dalam genre slice of life, We Are Pharmacists merupakan gambaran lika-liku kehidupan para mahasiswa farmasi yang dikemas dengan kocak. Dulu saya tertarik baca ini karena banyak yang ganteng (ups) (but seriously guys, ada yang kayak Eren!!!), tapi saya malah jadi ketagihan karena ternyata komik ini jalan ceritanya menarik dan setiap episode  bikin penasaran. Story telling-nya juga juara, saya yang nggak pernah bersinggungan dengan dunia farmasi tetap bisa menikmati cerita karena author nggak berlebihan dalam menceritakan serba-serbi bidang ini, tanpa kehilangan esensi kehidupan mahasiswa farmasi. Banyak istilah-istilah farmasi yang dijelaskan dengan sederhana di webtoon ini.

MATAHARI 1/2 LINGKAR

Source : Webtoon
Pertama kali “menemukan” Matahari 1/2 Lingkar di Webtoon Challenge, saya langsung jadi pelanggan setia lapak ini. This is one of the hidden gems I was talking about before. Konsep ceritanya matang, gambar dan panelnya pun enak dibaca. Sayang banget komik sebagus ini belum masuk official, kan update-nya jadi lama. Syukurlah, mulai minggu lalu, tepatnya 13 September 2017, Matahari 1/2 Lingkar sudah resmi tayang di Webtoon Official. Mengisahkan tentang Kayra dan Arka yang sewaktu SMA saling menyukai tapi nggak sempat menyatakan perasaan mereka, dan ketika dewasa dipertemukan lagi. Berhubung baru empat episode, saya belum tahu arah cerita komik ini karena timeline-nya sedikit diubah dari versi challenge dulu, yang jelas kita akan tetap diajak kembali ke masa-masa SMA Arka, Kayra, Joy, dan kawan-kawan lain yang penuh kenangan. #ciee 



Oh ya, kalau kalian pembaca novel, Chairunnisa—author Matahari 1/2 Lingkar juga mengadaptasi novel Momiji karya Orizuka dalam bentuk komik lewat webtoon Penerbit Inari, dan saat ini juga masih tayang di Webtoon Challenge. So, make sure you don’t miss out on her other works! 
 

PASUTRI GAJE DAN MY PRE-WEDDING

Source : Webtoon
 Introducing our lovely couple... Adelia & Adimas! Pasangan yang memulai debutnya sejak My Pre-Wedding hampir dua tahun lalu ini sepertinya adalah lovey-dovey yang paling legendaris di webtoon, buktinya, sampai sekarang mereka masih betah bertengger jadi peringkat pertama di jajaran genre romance. Jadi setelah “mendadak dilamar” di komik My Pre-Wedding, Adek dan Adimas akhirnya menikah dan menjalani kehidupan sebagai pasangan suami istri dalam seri baru ini, Pasutri Gaje. Ternyata kehidupan rumah tangga mereka nggak berjalan mulus-mulus aja, banyak perdebatan kecil yang bikin cerita ini lebih berwarna dan tetap seru untuk diikuti. 

#MOMENTS

Source : Webtoon
#Moments mungkin salah satu dari sekian banyak komik yang sangat, sangat underrated di Webtoon Indonesia. Mungkin karena sudah cukup lama berhenti tayang, promonya jadi tenggelam oleh komik-komik baru. Konsepnya adalah menangkap momen-momen yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari dan mungkin sering terlewat. Karena berangkat dari kehidupan sehari-hari itulah, komik ini terasa bittersweet dan relatable. #Moments terdiri dari beberapa serial yang selesai dalam sejumlah episode, dan meskipun terkesan sederhana, komik ini detail banget! Dialognya ditampilkan dengan berbeda-beda: dalam bentuk chat LINE, game, dan sebagainya. Terkadang juga muncul easter eggs dari seri sebelumnya. Beberapa cerita di dalamnya merupakan submission dari pembaca yang kemudian diolah oleh tim #Moments agar kisah mereka yang personal bisa ikut kita nikmati. Yang unik, submission itu hanya boleh dilakukan dengan mengirim surat lewat pos, bukan surel. Gemas, kan? For those who are fond of slice of life story, I hope this one will warm your heart. 
 

CREEP

Source : Webtoon
Creep adalah satu-satunya komik bergenre horor yang ada di daftar ini. Simply karena saya penakut dan nggak mau coba-coba lagi baca yang seram. Tapi, sejak pertama kali baca Creep, saya terlanjur penasaran. Sesuai dengan ringkasannya, kumpulan cerita-cerita horor yang akan merayapi mimpi-mimpimu, sebagian besar cerita di dalam Creep memang mencekam dan beberapa punya after effect yang nggak hilang-hilang. Ditambah lagi style gambarnya punya tone yang gelap dan didominasi warna hitam. Sampai sekarang pun, belum semua cerita di komik ini saya baca karena untuk membaca tiap cerita, saya perlu mengumpulkan segenap keberanian dulu. Lemah.

TERLAMBAT JATUH CINTA

Source : Webtoon

Ini dia komik yang kolom komennya nggak kalah ramai dari ceritanya saking banyaknya pembaca yang curhat! Elvira yang sejak kecil sakit-sakitan sudah lama suka pada Barney, kakak kelasnya di kampus. Awalnya Barney merasa terganggu ketika tahu fakta ini karena—demi soto ayam Bu Eka—Elvira ini pecicilan dan berisik banget sampai bikin Barney stres sama kelakuannya. Ketika tahu bahwa Elvira sakit parah dan menganggap Barney adalah vitamin-nggak-langsung bagi hari-harinya, Barney mulai simpati terhadapnya. Sampai akhirnya mereka semakin dekat dan perasaan Barney bukan lagi sekadar itu, padahal waktu Elvira juga nggak lama lagi. Sejak prolog, kita memang sudah diberi hint akan dibawa ke mana kisah Elvira dan Barney ini, and it’s not exactly what you call a happy ending. Namanya juga terlambat, ya kaaaannn? Tapi tenang aja, Terlambat Jatuh Cinta bukan jenis komik sedih menye-menye kok, komik ini justru kental dengan komedi. Anggap aja lagi naik roller coaster, habis ketawa sama tingkah dan eskpresi Elvira dan kawan-kawan yang kocak, langsung dihempas kenyataan kalau waktu Elvira terbatas. *ketawa jahat* 

90 DAYS

Source : Webtoon
Komik ini juga sejak awal seakan memberikan petunjuk kalau akhirnya bakal sedih. Menceritakan Rara, mahasiswi tingkat dua yang anti sosial, mendadak dia didatangi malaikat maut yang mengatakan hidupnya tinggal 90 hari lagi. Selama ini, Rara nggak punya teman karena pernah mengalami hal buruk yang menyebabkan dia malas bersosialisasi. Tapi dia juga tidak mau jika kelak masuk neraka, perlahan-lahan Rara mulai membuka diri, berbuat baik, dan berteman. Hal yang bagi saya paling menonjol dari 90 Days adalah misterinya, komik ini juga salah satu yang punya character development paling bagus. 

TERLALU TAMPAN

Source : Webtoon
Berkisah tentang keluarga tampan yang anggotanya terdiri dari Ayah, Ibu, dan dua anak laki-laki yang semuanya tampan (emphasize on semuanya) dan suka duka kehidupan mereka yang nggak biasa, dari mulai dikejar-kejar penggemar bak idol Korea, berusaha meraih ketampanan, menularkan, bahkan menghilangkannya.

Nggak ngerti lagi sih kenapa author-nya bisa kepikiran. Pantas saja di Popcon Asia 2017 kemarin, Terlalu Tampan menjadi pemenang Popcon Award untuk kategori Webseries of The Year. If you have not read this one, please do yourself a favor by doing so. Receh parah. Bikin ketawa sampai pengin marah-marah. #rhyme

Selain 10 judul di atas, tentu saja banyak judul menarik yang tidak saya sebutkan, misalnya "Tahilalats" (siapa sih yang nggak tah komik ini XD), “Ngopi, Yuk!”, “Kosan 95!”, dan yang lainnya. Tapi, judul-judul di atas menjadi top recommendation karena sebagian besar komik-komik tersebut yang awalnya membuat saya betah berlama-lama menjelajahi Webtoon :D

Sunday 27 August 2017

[Book Review] Lara Miya - Erlin Natawiria

Source : Goodreads
Judul Buku : Lara Miya 
Penulis : Erlin Natawiria
Penerbit : Falcon Publishing
Terbit : 12 Desember 2016
Harga : Rp60.000,00
Ukuran : 13x20 cm
Paperback, 204 halaman
ISBN : 978-602-60-5143-1


Lara (n) sedih; susah hati  


Di pojok selatan Jakarta, kau akan menemukannya. Tempat itu tak sepanas bagian Jakarta lainnya. Langit di sana sering berubah seolah mengikuti suasana hati penghuninya. Kau akan bisa menemukannya dengan mudah. Ada banyak rumah di sana. Orang menyebut tempat itu Blue Valley.

Di Blok Tiga, ada sebuah rumah bernuansa warna tanah. Pemiliknya seorang perempuan paruh baya yang mengoleksi benda-benda antik. Kalau kau ingin menemuinya, sebaiknya datanglah pukul empat. Dia selalu pulang untuk minum teh. Seorang gadis berambut biru-ungu juga tinggal di sana. Miya namanya. Dan mungkin kau sudah menebaknya, mereka tidak akur.

Miya tidak pernah mengira akan tinggal di rumah tantenya yang seperti kamp militer. Beberapa hari sebelumnya, Miya masih punya tempat pulang. Nemun, hidupnya luluh lantak seketika. Dan kini, dia harus memunguti kembali puing-puing dirinya untuk kembali utuh. 

*** 

Sebenarnya sudah cukup lama sejak saya membaca Lara Miya... 2 bulan? 3 bulan yang lalu? Selesai dalam sekali duduk karena memang sangat page-turning. Rasanya kayak dipertemukan di waktu yang tepat, karena bahkan novel ini spontan saya beli waktu nggak mood baca apa pun dan merasa kehabisan bacaan. Biasalah, namanya juga hidup.

Source
Jadi, sejak awal promosinya yang cukup gencar, saya penasaran dengan seri Blue Valley. Beberapa penulisnya familiar, tapi pilihan saya jatuh pada Lara Miya, yang blurb-nya tampak jauh dari unsur romance sehingga berbeda dengan judul-judul lain dalam seri ini. Walaupun sudah lama membacanya, saya bahkan belum memberi rating di goodreads karena ingin menulis ulasan novel ini tapi belum sempat *alasan*.

Lara Miya menceritakan tentang Miya dan Amaya, dua orang yang sebenarnya sama-sama kehilangan, tetapi memilih untuk menyikapinya dengan cara yang berbeda dan membuat mereka kesulitan untuk memahami satu sama lain karena ego masing-masing. Bukan hanya kehilangan keluarga, Miya mendadak harus tinggal bersama Amaya—adik Ibunya—yang tidak begitu dia kenal karena musibah yang membuat hidupnya berantakan. Dia bahkan belum selesai berduka ketika hari-harinya semakin kacau dengan segala aturan di rumah Amaya sangat mengekang, bertolak belakang dengan sifatnya yang free-spirited dan agak self-centered. Segala macam pertentangan terjadi di antara mereka. Amaya sebenarnya berniat baik, dia juga punya suatu rencana untuk Miya, namun cara yang dilakukannya tidak sesuai dengan kepribadian Miya sehingga sering terjadi kesalahpahaman.

Pertama kali mengenal karya penulis lewat debutnya yang berjudul Athena : Eureka! (Setiap Tempat Punya Cerita), sejujurnya saya nggak puas dengan tulisannya. Tapi karena beberapa keunikan di novel itu : pilihan Athena sebagai latar tempat dan lagu-lagu di playlist novel (I assume she’s also a former emo kid, just like yours truly here XD), saya tetap ingin membaca karyanya yang lain. Lagipula Athena adalah novel debut penulis, jadi saya yakin dia pasti belajar dari segala kritik yang mungkin dia terima.

Turns out I made the right decision for giving it a shot and even though I don’t know her personally, I am glad that she has come this far. Penulisannya rapi, mengalir, dan setiap permasalahannya dieksekusi perlahan-lahan dengan baik. Bahkan sejak prolog pun sudah ada kejutan... yang pahit. Hahaha, tapi tenang aja, walaupun bercerita tentang kehilangan, suasana di novel ini nggak menye-menye kok. Justru karena itulah Lara Miya  menyajikan tokoh-tokoh yang kuat sekaligus rapuh dengan cara mereka sendiri dan terasa dekat dengan kita, apalagi terselip permasalahan klasik bagi millenial tentang pilihan hidup yang bertentangan dengan “pakem orang dewasa”. Elders may think that the best thing you can achieve while you’re young is stability, but for some people, it is such a dead end, because constantly searching for something gives their lives meaning. Sedikit sentuhan misteri dan romance membuat novel ini semakin lengkap, bahkan terasa terlalu pendek karena nggak terasa tiba-tiba sudah sampai di halaman terakhir. I’m sooo looking forward to reading her next book. Setelah baca Lara Miya, tentu saja The Playlist ikut mejeng di wishlist! ;)

[Book Review] Honeymoon Express - Mia Arsjad

Source : Goodreads
Judul Buku : Honeymoon Express
Penulis : Mia Arsjad
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 8 Mei 2017
Harga : Rp70.000,00
Ukuran : 13.5x20 cm
Paperback, 312 halaman
ISBN : 978-602-03-4613-7


Alva bukan sekedar teman lama. Dia laki-laki yang selalu bikin jantung Shera berdebar nggak keruan sewaktu di kampus.

Dan setelah sekian tahun, reaksi debar jantungnya masih sama. Tapi lamunan Shera langsung buyar setelah Alva bilang dia mau memakai jasa Honeymoon Express—biro perjalanan bulan madu milik Shera—untuk merancang bulan madunya dengan wanita lain! Tasanya seperti patah hati dua kali dengan orang yang sama.

Tapi, yang namanya bisnis harus profesional. Shera setuju menangani langsung proyek bulan madu Alva sambil diam-diam menikmati setiap kali berada di dekat Alva. Shera nggak menyangka, semuanya jadi berantakan karena ternyata proyek bulan madu Alva bukan bulan madu biasa.

***

Kata Robin Scherbatsky, tokoh dalam serial How I Met Your Mother pada salah satu episodenya, “if you have chemistry you only need one other thing—timing, but timing’s a bitch”. Begitulah yang terjadi pada Shera dan Alva. Mereka dulu teman sekampus, yang meski memiliki lingkaran pertemanan yang berbeda tetapi sering bertemu karena base camp Klub Pencinta Alam dan Klub Budaya bersebelahan. Kedua klub mereka juga sering melakukan kolaborasi satu sama lain yang membuat Alva dan Shera sering bertemu. Sewaktu kuliah dulu, Shera dan Alva diam-diam saling menyukai, tapi sayangnya Alva harus pindah ke Australia setelah mendapat beasiswa tanpa mereka sempat menyampaikan perasaan mereka. Beberapa tahun kemudian, saat kembali bertemu, Alva justru meminta bantuan Shera untuk menyusun bulan madunya dengan perempuan lain lewat biro jasa bulan madu milik gadis itu, Honeymoon Express.

Ternyata setelah bertahun-tahun, Shera masih menyimpan perasaan untuk Alva. Atas dasar profesionalisme, dia tetap menyanggupi Alva untuk menyusun bulan madu sesuai keinginannya dan sang calon istri. Toh, dia juga sedang dekat dengan Eldi, seorang staf marketing biro perjalanan rekanan Honeymoon Express. Namun, sikap Alva yang aneh sepanjang menentukan rencana bulan madu membuat Shera mulai curiga tentang apa yang disembunyikan Alva, karena ternyata perjalanan tersebut memang bukan bulan madu biasa.

Sepanjang membaca Honeymoon Express, saya nggak menemukan banyak kejutan (nggak mengharapkan juga, sih, it’s romance anyway). Dimulai dengan kilas balik masa-masa kuliah Shera dan Alva yang awkward dan cute, serta ide tentang pekerjaan Shera yang terasa fresh karena jarang ada tokoh yang memliki pekerjaan sebagai biro jasa bulan madu membuat novel ini terasa menjanjikan. Tapi mulai dari konflik dan semakin mendekati akhir cerita, banyak hal-hal yang berlebihan, bahkan beberapa bagian terasa cocok jadi adegan FTV atau sinetron. Untungnya saya masih terhibur dengan interaksi manis Alva dan Shera karena lagu Dream A Little Dream yang terngiang-ngiang di kepala saya selama membaca novel ini, juga cara penyampaian cerita ini yang sangat Mia Arsjad—entah sudah berapa kali saya bilang begini di ulasan novel Kak Mia yang pernah saya tulis—well, komedi yang agak lebay tapi mengalir karena tokoh-tokohnya yang ceplas-ceplos (pretty sure she’s the only one that can pull this off), istilah-istilah aneh yang kocak, dan tokoh-tokoh yang punya sifat “ajaib”. Kalau sudah beberapa kali membaca tulisan Kak Mia, pasti akan langsung mengenali ciri khas ini deh, hehehe.

Overall, saya cukup menikmati Honeymoon Express dan merekomendasikannya untuk penggemar metropop. Premis ceritanya relatable dan kehidupan metropolitan di novel ini diceritakan dengan pas tanpa overexposing, tapi tetap terasa hiruk pikuk suasana perkotaan yang padat.

Tuesday 7 February 2017

[Book Review] Some Kind of Wonderful - Winna Efendi

Source : Goodreads
Judul Buku : Some Kind of Wonderful 
Penulis : Winna Efendi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 23 Januari 2017
Harga : Rp79.000,00
Ukuran : 13.5x20 cm
Paperback, 360 halaman
ISBN : 978-602-03-3555-1
 

Liam Kendrick dan Rory Handitama memahami arti kehilangan. Liam pergi ke Sydney dengan dalih menggapai impian sebagai koki, walau alasan sebenarnya untuk menghindari cinta pertama yang bertepuk sebelah tangan. Di lain pihak, Rory sedang berusaha menata kehidupannya setelah suatu insiden membuatnya kehilangan orang-orang yang disayanginya, dan melepaskan impiannya sendiri sebagai pemusik.

Keduanya paham arti berduka, meski belum mengerti caranya. Kesedihan dan kesepian mendekatkan Liam dan Rory, sampai akhirnya ada rasa lain yang menyusup. Saat perasaan sudah tak terelakkan, Liam dan Rory terjebak keraguan, dan rasa lama masih terlalu kuat untuk dilupakan. Dapakah dua orang yang pernah mencintai orang lain dengan segenap hati menyisakan ruang bagi satu sama lain?

*** 

Winna Efendi is the author whose books will always have a special place in my heart.

Terkadang, tidak diperlukan sebuah dunia baru yang tercipta karena kehancuran dunia di masa sebelumnya, atau hal-hal magical di luar nalar untuk membuat kita takjub akan suatu tulisan. Beberapa penulis mengusung cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari: perdebatan kecil dengan keluarga, hangatnya persahabatan, perasaan ringan karena sepotong percakapan di saat yang tepat, pertemuan dengan orang baru, ataupun kehilangan. Dan Kak Winna adalah salah satu penulis yang sukses meramu hal-hal sederhana yang pernah dialami setiap orang menjadi sesuatu yang istimewa dengan ciri khasnya.

Some Kind of Wonderful adalah salah satu karya paling emosional Kak Winna yang pernah saya baca. Karena bukan hanya tentang Liam dan Rory, buku ini juga menceritakan tentang mereka yang hidupnya pernah bersinggungan dengan kedua tokoh ini. Those people that make them who they are. Tentang jejak-jejak yang mereka tinggalkan dan tidak pernah benar-benar terhapus. Tentang kehilangan—bukan hanya kehilangan orang-orang berarti, tetapi juga kehilangan diri sendiri, juga impian yang harus terkubur karenanya. Dan juga tentang melepaskan dan merelakan. It’s about the past and the path towards the future.


***

Liam, seorang koki yang sukses, terkenal, dan punya segalanya. Sampai ia sadar bahwa semua yang ia miliki bukanlah yang selama ini benar-benar ia cari. Berlari dari sesuatu yang sudah melekat sejak lama ternyata tak semudah yang ia kira.

Rory punya orang-orang yang berarti, yang ia cintai bahkan lebih dari hidupnya sendiri. Sayangnya, mereka kini hanyalah kenangan di sudut-sudut ingatan. Tidak seperti Liam yang ingin lepas dari masa lalunya, Rory justru menyediakan tempat khusus bagi orang-orang tersebut, ingin mempertahankan mereka, dan hal itu membuatnya sulit membuka diri.

“Orang-orang selalu bilang, waktu akan menyembuhkan segalanya. Mereka yang berkata begitu jelas-jelas belum pernah merasakan kehilangan. The aftermath is always the hardest part.” (Hal. 139)
It actually has a classic-boy-meets-girl formula, dengan kedua tokohnya yang punya heavy baggage, dan pada suatu titik, jalan mereka bersimpangan. Karena keberadaan satu sama lain yang saling mengisi, rasa baru pun tumbuh di antara mereka. Sesuatu yang hampir selalu kita temui dalam novel romance/contemporary. Tetapi, Kak Winna dengan piawai menjadikan kita dekat dengan karakter Liam maupun Rory karena adanya dua sudut pandang dalam buku ini. Masing-masing kegelisahan mereka tertuang dalam dua sudut pandang ini dengan sangat baik. Liam dengan keinginannya untuk melupakan cinta pertamanya, pertanyaan mengenai apakah hidup yang ia jalani memang benar-benar worth living, dan kerinduannya akan “rumah” dan “pulang” karena latar belakang dan masa kecilnya. Sedangkan dari sudut pandang Rory, sangat terasa duka yang dialaminya dan menyebabkan ia enggan melangkah maju, bahkan merelakan impiannya sebagai pemusik.
“Ah, bukankah hidup memang seperti itu? Kesalahan, penyesalan, pembenaran—sebuah siklus yang tak pernah berakhir. It’s all the ugly and the wonderful things colliding at once, dan kita semua terperangkap di dalamnya. Justru karena itulah kita terus hidup, untuk menunggu ke mana ia akan membawa kita selanjutnya.” (Hal. 298)
Tokoh-tokoh pendukungnya juga menarik, Jay, Ruben, Angelo, Daphne, Noah, pasangan Stan dan Julie, Bunda Ida dan Wendy merupakan tokoh-tokoh yang memorable. Mereka punya peran penting bagi perkembangan karakter Rory dan Liam. Saya bahkan bersimpati terhadap Willem dan Ibu kandung Liam. Mereka manusiawi, meskipun tidak semuanya lovable, tetapi masing-masing punya alasan kuat atas segala tindakan merekabagaimana setiap pilihan dalam hidup memiliki harga yang harus dibayar.

Riset yang tentunya tidak setengah-setengah ikut mendukung kisah ini terasa semakin nyata. Liam dan pekerjaannya sebagai koki adalah salah satu yang paling menonjol, passion-nya dalam dunia kuliner dan kehidupannya di bawah spotlight digambarkan dengan apik. Begitu juga dengan latar Sydney yang diambil, dengan suasana yang dominan dengan laut.

Dan yang paling membuat saya lega adalah bagaimana alurnya tidak lantas dibawa ke arah yang menjadikannya punya terlalu banyak drama. Realistis. Karakter utama di buku ini memang dua orang dewasa yang mengerti arti kehilangan, dan mereka berkembang dari awal hingga akhir cerita. Saya hanya sedikit terganggu dengan flashback percakapan yang selalu menggunakan font italic karena kadang tertukar dengan narasi berbahasa Inggrisnya, dan ada sedikit typo serta detail yang agak miss, seperti halaman 96 ketika Rory meniup lilin berangka lima, padahal di halaman sebelumnya disebutkan bahwa Ruben seharusnya akan berusia enam. Tapi secara keseluruhan, Some Kind of Wonderful adalah bacaan yang memuaskan. 4 dari 5 bintang, dan sangat recommended untuk Valentine's Day! :D

“I used to think that leaving might feel lonely, but not anymore. Because sometimes goodbye means a promise to return to the people you love.” (Hal. 346)
 And just like its title, this book is, indeed, wonderful.

Thursday 12 January 2017

[Book Review] Critical Eleven - Ika Natassa

Sumber : Google
Judul Buku : Critical Eleven
Pengarang : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Terbit : 10 Agustus 2015
Paperback, 344 halaman
ISBN : 978-602-031-892-9


Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It’s when the aircraft is most vulnerable to any danger.

In a way, it’s kinda same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah—delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.

Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya.

Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka.

Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya. 
 

 

Review


Saya pertama kali membaca Critical Eleven dalam bentuk cerpen berjudul sama di kumpulan cerpen Autumn Once More yang terbit tahun 2013 silam. Perkenalan saya dengan kisah Ale dan Anya, meskipun hanya dalam sepotong cerpen sangat berkesan karena twist di ending-nya, sehingga ketika Kak Ika mengumumkan bahwa akan ada novel untuk kelanjutan cerita mereka, saya sangat tidak sabar untuk membacanya, walaupun akhirnya novel Critical Eleven baru terbit sekitar dua tahun kemudian. 

Sumber : dokumen pribadi

Pertemuan Ale dan Anya dalam penerbangan Jakarta-Sydney mengantarkan mereka pada ketertarikan satu sama lain dan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Dalam beberapa jam perjalanan tersebut, mereka membicarakan banyak hal dan merasa nyaman dengan satu sama lain. Ale yang biasanya awkward dan sedikit clueless ketika berhadapan dengan perempuan, memberanikan diri untuk berusaha lebih dekat mengenal Anya yang baru dia temui beberapa jam sebelumnya.
 

Ale bekerja sebagai petroleum engineer dan hanya lima minggu sekali pulang ke Indonesia, karena itulah, dia harus memanfaatkan kesempatannya sebaik mungkin jika ingin mendekati Anya. Tidak butuh waktu lama sampai mereka yakin terhadap satu sama lain dan memutuskan untuk menikah.

Tahun-tahun pernikahan mereka jalani selayaknya pasangan paling bahagia, Ale sangat mencintai Anya, begitu pun sebaliknya. Meski tinggal berjauhan, mereka tetap saling mengerti dan menjaga komunikasi. Namun suatu ketika peristiwa besar melanda rumah tangga mereka. Membuat hubungan mereka menjadi dingin. Membuat mereka mempertanyakan kembali pilihan-pilihan yang telah diambil, yang dimulai dari menit-menit pertama perjalanan mereka. 

“...when he takes care of me, he takes care of me good. But when he hurts me, he hurts me good too.” (hal. 220)


Kamu tahu kamu membaca buku dengan tokoh yang manusiawi ketika kamu menyukai bagaimana penulis membawakan karakter mereka, tapi juga kesal dengan beberapa pemikiran mereka di saat yang bersamaan. Dan itulah yang saya rasakan ketika membaca novel ini. Jika ada yang bilang tokoh-tokoh di novel ini sempurna, saya sama sekali tidak setuju. They are flawed. Mereka adalah manusia biasa dengan egonya, yang berisiko membuat mereka kehilangan hal-hal yang berharga, tapi alasan itu juga dapat dipahami, karena hati manusia punya cara berduka masing-masing.
 

Melalui dua sudut pandang, Critical Eleven membuat pembaca tahu isi kepala Ale dan Anya. Kedua karakter ini sama kuat dan sangat berbeda. Keberhasilan penulis dalam membuat dua sudut pandang ini harus diacungi jempol. Sudut pandang Anya terasa lebih rapuh dan didominasi oleh perasaannya, sedangkan dari sudut pandang Ale, walaupun narasinya juga diceritakan dengan penuh perasaan, beberapa hal terasa lebih sederhana. Di satu sisi, saya berada di pihak Anya, tetapi juga terdapat saat-saat ketika saya jatuh cinta dengan sosok Aldebaran Risjad.
 

“Karena begitulah dari dulu gue mencintai Anya. Tanpa rencana, tanpa jeda, dan tanpa terbata-bata.” (hal. 142)


Novel ini disusun melalui kepingan-kepingan ingatan Ale dan Anya akan satu sama lain dan juga kehidupan mereka saat ini. Masih dengan ciri khas Kak Ika, gaya berceritanya mengalir dan enak diikuti, serta terdapat selipan referensi beberapa buku dan film dalam narasi—terutama narasi Anya, pun informasi mengenai pekerjaan Ale dan Anya yang disampaikan dengan sederhana, sehingga kita dapat membayangkannya dengan mudah. Ah, dan kopi. Banyak informasi mengenai kopi dan beberapa analogi yang berkaitan dengan kopi. Selain itu, tokoh Anya dan Ale juga diperkuat dengan adanya orang-orang di sekitar mereka—keluarga dan sahabat—yang membuat novel ini lebih hidup. Karakter favorit saya adalah Pak Jenderal, ayah Ale. Beliau adalah seseorang yang tegas dan keras tetapi bijaksana dan diam-diam sangat memperhatikan keluarganya. Ada juga easter eggs dari novel Kak Ika yang sudah terbit sebelumnya ;)

Banyak hal yang dapat diambil dari Critical Eleven, salah satunya adalah bahwa untuk menyembuhkan luka, yang paling dibutuhkan adalah waktu. Tetapi dalam proses tersebut, komunikasi juga tidak kalah pentingnya, dalam hubungan apa pun itu. 

 

Adaptasi Film


Kesuksesan novel Critical Eleven tentu saja mengundang perhatian banyak pihak, salah satunya adalah rumah produksi. Tidak heran jika novel yang telah belasan kali dicetak ulang ini akan segera diadaptasi ke layar lebar. Film ini akan digarap oleh Starvision dan Legacy Pictures, dengan Jenny Jusuf sebagai penulis skenarionya. 
 
Jujur, saya punya ekspektasi yang tinggi untuk adaptasi film Critical Eleven. Bukan hanya karena saya suka ceritanya, tetapi juga karena keterlibatan penulis dalam proses produksi film ini. Hal yang sangat menjanjikan bagi penggemar bukunya. Memang, awalnya saya punya bayangan sendiri akan sosok Ale dan Anya, tetapi setelah kedua pemeran utama diumumkan, saya justru senang karena mereka adalah aktor dan aktris yang sudah berpengalaman dalam dunia film, bahkan bisa dibilang salah satu yang terbaik di negeri ini. Dan yang terpenting, mereka cocok memerankan tokoh utama dalam Critical Eleven. Aldebaran Risjad akan diperankan oleh Reza Rahadian dan Tanya Laetitia Baskoro akan diperankan oleh Adinia Wirasti. Chemistry mereka sudah tidak diragukan lagi, karena mereka juga pernah berpasangan dalam film Kapan, Kawin? beberapa tahun yang lalu. 

Gimana, mereka cocok banget, kan?
Sumber : instagram.com/ikanatassa
Sumber : instagram.com/ikanatassa

Selain Ale dan Anya, pemeran lain belum diumumkan dan saya tidak sabar untuk segera tahu full cast-nya. Informasi lain mengenai film ini adalah Isyana Sarasvati akan ikut serta dalam mengisi soundtrack-nya. Selain lagu yang mengiringi adegan-adegan Ale dan Anya, saya juga penasaran dengan music score di film Critical Eleven, karena scoring, bagi saya adalah salah satu elemen yang bisa memperkuat adegan-adegan di film. Overall, saya sangat menanti kejutan-kejutan yang akan ada dalam film ini, karena tidak mungkin adaptasinya akan sama persis dengan novelnya.

Saat ini Critical Eleven masih dalam tahap proses syuting, dan dijadwalkan akan tayang tahun ini. Kita tunggu saja tanggal mainnya! :D

Monday 2 January 2017

[Book Review] Persona - Fakhrisina Amalia

Source : Goodreads
Judul buku : Persona
Pengarang : Fakhrisina Amalia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 18 April 2016
Paperback, 248 halaman
ISBN : 978-602-032-629-0

Seri Young Adult GPU


Namanya Altair, seperti salah satu bintang terang di rasi Aquila yang membentuk segitiga musim panas. Azura mengenalnya di sekolah sebagai murid baru blasteran Jepang yang kesulitan menyebut huruf L pada namanya sendiri.

Azura merasa hidupnya yang berantakan perlahan membaik dengan kehadiran Altair. Keberadaan Altair lambat laun membuat perasaan Azura terhadap Kak Nara yang sudah lama dipendam pun luntur.

Namun, saat dia mulai jatuh cinta pada Altair, cowok itu justru menghilang tanpa kabar. Bukan hanya kehilangan Altair, Azura juga harus menghadapi kenyataan bahwa orangtuanya memiliki banyak rahasia, yang mulai terungkap satu demi satu. Dan pada saat itu, Kak Nara-lah tempat Azura berlindung.

Ketika Azura merasa kehidupannya mulai berjalan normal, Altair kembali lagi. Dan kali ini Azura dihadapkan pada kenyataan untuk memilih antara Altair atau Kak Nara.


*** 

Buku pertama yang selesai dibaca dan diulas di tahun 2017! Yay!

Salah satu dari the-so-called-new-year-resolution yang saya buat tahun ini adalah menahan diri untuk tidak sering-sering beli buku, karena tahun kemarin banyak sekali buku yang belum terbaca. So I picked this one from the stacks of books I haven’t read. Saya beli buku ini sekitar pertengahan tahun lalu, tapi karena saking sukanya dengan karya Kak Fakhrisina sebelumnya yang berjudul Happiness, saya menunda untuk membaca Persona karena pasti akan saya banding-bandingkan. Bukan berarti dengan membaca sekarang saya tidak membandingkan keduanya, sih XD

Dari segi cara bercerita, jelas Persona jauh lebih matang dibanding Happiness, dan mungkin karya-karya Kak Fakhrisina sebelum ini. Tapi, keduanya punya tema yang berbeda dan saya tidak akan membandingkan lebih jauh.

Adalah Azura, seorang siswi SMA yang penyendiri. Dia tidak punya teman dan cenderung self-destructive karena keluarganya tidak harmonis. Pada suatu pagi di sekolahnya, dia bertemu dengan anak baru blasteran Jepang yang bernama Altair. Altair adalah pribadi yang hangat, dan dia menawarkan persahabatan, sesuatu yang terasa asing bagi Azura hingga pada awalnya gadis itu berusaha menyingkirkan Altair dengan berkata kasar padanya. Namun, Azura merasa bersalah karena setelah itu Altair bersikap canggung terhadapnya.

Singkat kata, Azura minta maaf dan mereka mulai dekat. Pada Altair lah Azura bisa percaya untuk menceritakan masalah-masalahnya. Sejak mengenal Altair, hidup Azura terasa lebih ringan, dan dia tidak perlu lagi mengiris tangannya untuk bisa bebas dari perasaan yang mencekam setiap kali orang tuanya bertengkar.

Azura sudah cukup lama menyukai Kak Nara, kakak kelas yang selalu dia amati diam-diam dari perpustakaan setiap kali bermain bola pada jam istirahat pertama. Tetapi karena Altair, perasaan Azura terhadap Kak Nara perlahan-lahan memudar, bahkan ketika ada jembatan manis yang bisa mendekatkan mereka. Karena Azura menyayangi Altair.

Saat Altair tiba-tiba menghilang dan sama sekali tidak bisa Azura hubungi—apalagi temukan—hidup Azura kembali seperti sebelumnya. Suram dan tidak punya teman. Hari-hari sunyi harus kembali Azura lalui, sampai ketika lulus SMA dan mulai kuliah, dia bertemu dengan Yara, sahabat barunya. Hidupnya berangsur-angsur kembali normal. Azura bahkan kembali bertemu dengan Kak Nara dan mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya.

Semua berjalan lancar, sampai Azura mengetahui rahasia kelam tentang orang tuanya, dan Altair kembali muncul di hadapannya.

***
“....jangan berhenti melakukan sesuatu yang ingin kaulakukan hanya karena orang lain. Kau harus hidup untuk dirimu sendiri. Jadi, saat aku pergi, atau saat orang lain pergi, kau tidak akan merasa kehilangan dirimu sepenuhnya. Kau akan tetap bisa berbahagia.”
Sebuah novel yang emosional dan kental dengan angst. Tema yang diusung dalam Persona tergolong baru di dalam segmen Young Adult dan Teenlit dalam negeri, meskipun cukup familiar bagi saya yang beberapa saat lalu pernah menonton drama Korea dengan tema serupa. Sehingga saya tidak terlalu terkejut dengan plot twist-nya, karena toh di sepanjang cerita sudah banyak petunjuk-petunjuk yang tersebar dan membuat saya menebak-nebak arah cerita ini. Tapi tetap saja saya sangat menikmati Persona. Pace-nya tidak terlalu cepat namun juga tidak membosankan.

Tokoh utama dalam novel ini bisa membuat saya berempati. Walaupun suram, tapi “suara” Azura tidak menyebalkan dengan keluhan yang tidak ada habisnya. Kisahnya dengan Altair juga disampaikan dengan manis tanpa terlalu banyak drama. Sayangnya, peran Kak Nara yang--jika ditilik dari blurb--seharusnya cukup banyak dalam membantu Azura mengatasi kehilangannya kurang dibahas. Saya malah merasa Yara yang lebih berperan dalam hal itu dan justru baru menjelang akhir cerita saya mengenal sosok Kak Nara lebih jauh.

Mental illness dan peran orang tua dalam perkembangan anak merupakan sorotan utama Persona, menjadikannya salah satu novel yang wajib dibaca oleh remaja, karena seharusnya kita memang lebih aware akan isu ini—yang walaupun tidak dibahas dengan detail, tetap memberikan sedikit insight mengenai apa yang dialami Azura. Dan membuat kita sadar bahwa meskipun tidak di sekitar kita, tapi hal ini nyata.

By the way, Kak Fakhrisina memang jago membuat ending yang memorable! Jempolan pokoknya! Kalau waktu baca Happiness epilognya bikin saya kepikiran berhari-hari (serius), ending Persona ini agak-agak dreamy, tapi sangat berkesan. Bagian terbaik dari novel ini, menurut saya. 3.5 dari 5 bintang.

Tuesday 27 December 2016

[Pengumuman Giveaway] Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang

Source : ICCPublisher's twitter
Halo semuanya! 

Kali ini saya akan mengumumkan pemenang giveaway Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang periode kedua dengan saya dan Dina sebagai host. Sebelumnya, saya sangat berterima kasih kepada Kak Gina Gabrielle dan Inner Child Crowdfund Publisher yang telah memberi kepercayaan kepada kami untuk menjadi host blog tour kali ini.

Sampai tanggal 23 Desember 2016 pukul 23.59 lalu, total ada 18 jawaban yang saya terima, semuanya bagus-bagus dan kreatif *pasang emote love*. Tapi, karena hanya bisa memilih satu orang, saya dan Dina memutuskan untuk memilih 3 jawaban dari blog kami, yang kemudian dipilih secara acak sebagai pemenang.

Dan ternyata, setelah diundi, pemenang giveaway kali ini adalah......


 Aulia
(@nunaalia)

Selamat ya, kamu berhak mendapatkan 1 (satu) eksemplar buku Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang. Segera konfirmasi dan kirimkan data dirimu ke DM (boleh DM twitter @irmagsari atau @d_nurr) atau email ke irma188(at)yahoo(dot)com dengan subject Pemenang Blogtour GPM. Konfirmasi dari kamu akan kami tunggu paling lambat 2x24 jam

Untuk peserta yang belum beruntung, kalian masih bisa mengikuti giveaway di blog selanjutnya. Good luck! :)